Selasa, 08 Oktober 2013

Senyum-Senyum Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam

Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam dalam suatu kesempatan pernah bersabda,”Tersenyum ketika bertemu dengan saudara kalian adalah termasuk ibadah”. (Riwayat At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi). Subhanallah! Ini termasuk ibadah yang paling mudah. Dengan menampilkan gerak ekspresif seakan tertawa pada muka kita tapi tanpa suara, maka kita sudah melakukan suatu ibadah. Inilah salah satu kesempurnaan cakupan Islam. Hal-hal yang kecil diperhatikan dan begitu dihargai.
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam tidak hanya mengenjurkan umatnya untuk menebarkan senyuman dan menampilkan muka berseri-seri kepada saudaranya. Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam adalah teladan dalam perbuatannya tersebut. Beliau Shallahu ‘alaihi wa Sallam adalah sebaik-baik contoh dalam hal menebarkan senyuman dan menampilkan wajah yang berseri-seri.

Bagian dari Akhlak Nabi
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam merupakan manusia yang paling istimewa akhlaknya. Begitu juga dalam hal senyuman. Kehidupan Rasulullah senantiasa dihiasi dengan senyuman. Para sahabat adalah saksi kehidupan Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam yang penuh dengan senyuman.
Abdullah bin Al-Harist Radliyallahu’anhu menuturkan, yang artinya,”Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebuh banyak tersenyum daripada Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam “. (Riwayat At-Tirmidzi)
Al-Husein Radliyallahu’anhu, cucu beliau, menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata,” Aku bertanya kepada Ayahku tentang adab dan etika Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau. Ayahku menuturkan, ‘Beliau Shallahu ‘alaihi wa Sallam senantiasa tersenyum, budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja mengharapkan pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas…..” (Riwayat At-Tirmidzi)
Dalam sebuah riwayat disebutkan pula, ”Belum pernah aku menemukan orang yang paling banyak tersenyum seperti halnya Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam “. (Riwayat At-Tirmidzi)
Dalam kehidupan rumah tangga, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam juga merupakan seorang suami yang penuh canda dan senyum. Aisyah Radliyallahu’anha mengungkapkan, yang artinya, ”Adalah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam ketika bersama istri-istrinya merupakan seorang suami yang paling luwes dan semulia-mulia manusia yang dipenuhi dengan gelak tawa dan senyum simpul”. (Riwayat Ibnu Asakir)
Selain merupakan bagian dari akhlak mulia Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam, senyum juga merupakan cara tertawa Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau tidak pernah tertawa terbahak-bahak. Saat tertawa, baliau hanya manyunggingkan senyum.
Aisyah Radliyallahu’anha bercerita, yang artinya, “Tidak pernah saya melihat Raulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam tertawa terbahak-bahak sehingga kelihatan batas kerongkongannya. Akan tetapi tertawa beliau adalah dengan tersenyum”. (Riwayat Al-Bukhari)

Sebagian Senyum Rasulullah
Kehidupan Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam yang penuh dengan senyum tidak hanya termuat dalam hadist-hadist yang singkat. Cerita-cerita yang terdapat dalam hadist seringkali mangisahkan tentang senyuman-senyuman Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam.
Anas bin Malik Radliyallahu’anhu adalah seorang anak yang menjadi pembantu Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam. Ketika mendapati Anas yang lalai mengerjakan tugasnya, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam tidaklah marah. Namun beliau malah tersenyum. Berikut penuturan Anas.
Anas bin Malik berkata, “Rasulullah adalah orang yang paling mulia akhlaknya, paling lapang dadanya, dan paling luas kasih sayangnya, suatu hari aku diutus Nabi untuk suatu keperluan, lalu aku berangkat. Di tengah jalan, aku menemui anak-anak yang sedang bermain. Dan aku pun ikut bermain bersama mereka sehingga aku tidak jadi memenuhi suruhan beliau. Ketika aku sedang asyik bermain, tanpa sadar, ada seorang berdiri memperhatikan di belakangku dan memegang pundakku. Aku menoleh ke belakang dan aku melihat rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam tersenyum kepadaku lalu berkata, ‘Wahai Unais apakah engkau telah mengerjakan perintahku?’ Aku pun bingung dan berkata, ‘Ya, aku akan pergi sekarang ya Rasulullah!’ Demi Allah, aku telah melayani beliau selama sepuluh tahun dan beliau tidak pernah berkata kepadaku, ‘mengapa kau kerjakan ini? Mengapa kau tidak mengerjakannya?’”.
Menghadapi ancaman dari utusan kafir besar pun Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam masih tersenyum. Cerita tersebut bermula dari Abdullah ibn Hudzafah yang mengantarkan surat ajakan masuk Islam dari rasulullah kepada kisra, raja Persia. Singkat cerita kisra yang marah setelah setelah membaca surat dari Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam ingin menangkap Abdullah ibn Hudzafah yang keburu pulang. Maka, Kisra menyuruh Badzan, wakilnya di Yaman, untuk mengutus dua oarng kuat dari Hijaz untuk membawa kembali Abdullah bin Hudzafah.
Setelah menemui Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam, dua utusan itu memberikan surat badzan dan berkata, “Maharaja Kisra menulis surat kepada raja kami, Badzan, untuk menjemput kembali orang yang datang kepadanya beberapa hari yang lalu. Kami datang untuk menjemputnya. Jika engkau mengizinkan, Kisra mengucapkan terima kasih kepadamu dan membatalkan niatnya untuk menyerangmu. Jika engkau enggan mengizinkannya, maka dia sebagaimana engkau ketahui, kekuatannya akan memusnahkanmu dan kaummu”.
Rasulullah pun tersenyum dan berkata kepada utusan itu, “Sekarang pulanglah kalian berdua dan besok kembali lagi”.
Keesokan harinya, utusan itu kembali menemui Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam dan berkata, “Apakah engkau telah mempersiapkan apa yang akan kami bawa menemui Kisra?”.
Nabi berkata, “Kalian berdua tidak akan menemui Kisra setelah hari ini. Allah akan membunuhnya. Pada malam ini, bulan ini, anaknya, Syirawaih akan membunuhnya”.
Mereka menatap tajam wajah rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam mereka terlihat sangat geram lalu berkata,”Kau sadar apa yang kau ucapkan? Kami akan mengadukanmu kepada Badzan”.
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam, “Silahkan! Katakan kepadanya, ‘Agamaku akan sampai dan tersebar di kerajaan Kisra.’ Dan kamu, jika engkau masuk Islam aku akan menjadikan raja bagi kaummu”.
Kedua utusan itu pergi dari hadapan Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam. Mereka langsung mnemui Badzan dan menceritakan apa yang telah terjadi. Badzan berkata, “Jika benar apa yang kalian katakan, berarti dia benar adalah seorang nabi. Jika tidak, kita lihat a[pa yang akan terjadi”.
Benarlah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam. Syirawaih membunuh Kisra. Lalu masuklah Badzan ke Islam, demikian juga orang-orang Furs dan Yaman.
Terhadap orang-orang kafir yang terkalahkan saat pembukaan kota mekkah, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam pun membebaskan mereka sembari tersenyum. Tidak ada pembalasan dendam disertai kebencian walaupun perbuatan orag kafir saat kaum muslim masih si mekkah sangat keji.
Inilah yang dikatakan Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam saat bertemu dengan orang kafir yang telah kalah ketika Fathu Makkah, “Wahai segenap kaum Quraisy…! Apakah menurut sangkaan kalian, yang akan aku lakukan terhadap kalian?”
Mendengar itu tampillah musuh Islam kemarin, Suheil bin ‘Amar, memberikan jawaban, “Sangka yang baik…! Anda adalah saudara kami yang mulia…,dan putera sauara kami yang mulia…!.
Sebuah senyuman yang bagaikan cahaya, tersungging di kedua bibir Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam kekasih Allah itu, lalu serunya:”Pergilah kalian…!Semua kalian bebas…!.
Demikianlah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam. Saat menghadapi masalah yang menjengkelkan manusia biasa, saat berhadapan dengan orang yang menyakiti beliau, saat berhadapan dengan musuh, beliau masih menyerupakan seorang yang menebarkan senyum. Subhanallah !

Pada Tempatnya
Meskipun beliau seseorang yang senantiasa menebarkan senyuman, namun beliau pun menempatkan senyuman pada tempatnya. Bila peraturan-peraturan Allah dilanggar, wajah beliau akan memerah karena marah. ‘Aisyah Radliyallahu’anha menuturkan kepada kita, yang artinya, “Pada suatau ketika, Rasulullah baru kembali dari sebuah lawatan. Sebelumnya ku telah menirai pintu rumahku dengan korden tipis yang bergambar. Kitika melihat gambar tersebut Rasulullah langsung merobeknya hingga berubah rona wajah beliau seraya berkata, “Wahai ‘Aisyah ! sesungguhnya orang yang paling keras siksanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang-orang yang meniru ciptaan Allah”. (Muttafaq ‘Alaih)
Senyum masih tersungging pada wajah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam jika ada perlakukan yang tidak mengenakkan ditimpakan kepada beliau. Namun jika perlakukan tidak benar itu sudah menyentuh wilayah syariah Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka beliau pu bertindak tegas.
Siapa saja yang ingin mengikuti rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam, maka ikutilah pula bagaimana rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam dalam beramah tamah dan mudah menebarkan senyuman. Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam bukanlah pribadi yang bermuka sangar dengan mata tajam mengerikan dan rona wajah yang cemberut. Beliau adalah seseorang yang senantiasa tersenyum, bahkan pada orang yang menyakiti dan perilaku menjengkelkan. Walaupun demikian, beliau adalah juga seorang yang tegas dalam masalah kebenaran. Siapa yang mengaku muslim, maka hanya Rasulullahlah teladan yang utama.

Majalah Elfata 3 Vol. 07 hal. 16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar