Minggu, 27 November 2016

WANITA SETIA

10 Ciri Wanita Setia yang Benar-Benar Mencintai

Kesuksesan dari sebuah hubungan asmara sangat erat kaitannya dengan kesetiaan. Pada dasarnya, suatu hubungan memang membutuhkan komitmen yang kuat. Jika mereka bisa saling menjaga komitmen tersebut, maka hubungan percintaannya akan berjalan secara harmonis.

Sekalipun setiap orang sadar akan hal ini, namun tetap saja sulit untuk dilakukan. Maka tak heran jika banyak wanita atau pria yang berani untuk melanggar komitmen yang sudah mereka buat dengan berselingkuh.

Ciri-ciri wanita setia

Cir-Ciri Wanita Setia

Memang sulit untuk mengetahui apakah wanita yang Anda cintai setia, namun ada beberapa ciri yang bisa Anda pelajari dari sikapnya yang nantinya akan dijadikan sebagai sebuah pertanda bahwa ia memang seorang wanita yang setia.

Baca juga: Inilah Ciri-Ciri Seorang Jatuh Cinta pada Kamu

Menerima Apa Adanya

Wanita yang setia adalah mereka yang menerima pasangannya dengan apa adanya. Mereka tidak akan mempermasalahkan asal usul dan latar belakang Anda. Selain itu, wanita seperti ini juga bisa menerima kekurangan yang Anda miliki.

Menerima Apa Adanya

Tak jarang mereka justru menjadi motivator pribadi bagi pasangannya agar menjadi sosok yang lebih baik lagi.

Tidak Banyak Menuntut dan Mengeluh

Tak sedikit wanita yang senang meminta dan menuntut pasangannya untuk dibelikan barang-barang tertentu atau meminta untuk diajak ke tempat-tempat yang menyenangkan. Sebaliknya, wanita yang tidak banyak mengeluh dan meminta merupakan pertanda bahwa ia adalah sosok yang setia bagi pasangannya.

Selalu Mendukung

Di saat pria sedang lelah atau dalam kondisi yang susah, wanita setia akan selalu berusaha untuk memberikan dukungan. Dukungannya itu sendiri bisa dalam berbagai macam bentuk, baik itu secara fisik ataupun moral. Selain itu, wanita yang setia juga akan selalu memberikan solusi di saat pasangannya memiliki sebuah masalah.

Selalu Membuatmu Bahagia

Ciri ciri wanita setia selanjutnya adalah selalu berusaha untuk membuat prianya merasa bahagia. Ketika pasangannya memiliki masalah baik itu secara pribadi, dalam lingkup keluarga, ataupun di lingkungan kerja, wanita yang setia akan selalu berusaha agar terus berada disamping prianya agar bisa membuatnya merasa tenang dan bahagia.

Menunjukkan Perhatian

Selalu menunjukan perhatian

Sifat yang paling jelas yang bisa Anda lihat dari wanita setia adalah kebiasaannya untuk menunjukkan rasa perhatian. Dia akan menghubungi Anda sesering mungkin walaupun hanya untuk mengetahui Anda sedang di mana atau sedang melakukan apa. Wanita seperti ini juga tak jarang menunjukkan rasa perhatiannya dengan memberikan kejutan kecil di hari-hari tertentu Anda.

Menganggap Anda lebih Dari Pacar

Suatu hubungan tentu akan terasa sangat indah jika adanya saling mengisi antara satu sama lain. Hubungan asmara itu sendiri akan terasa sangat indah jika sang wanita menganggap Anda lebih dari pacar saja, tapi juga menganggap Anda sebagai sahabat atau kakak.

Menganggap lebih dari pacar

Jika dia hanya menganggap Anda sebagai pacar saja, maka hubungan percintaan yang dijalani akan dirasa membosankan dan kurang menantang sehingga bisa memicu munculnya perselingkuhan.

Tidak Membuat Anda Cemburu

Ciri ciri wanita setia selanjutnya adalah mereka yang tak pernah membuat Anda cemburu atau sakit hati secara sengaja.

Ketika Anda meminta sang wanita untuk tidak lagi berhubungan dengan mantan kekasihnya atau membatasi jarak dengan teman laki-lakinya, maka ia akan menurutinya. Hal ini ia lakukan semata-mata agar Anda tidak merasakan cemburu atau sakit hati.

Pemaaf dan Rendah Hati

Saat Anda berdua sedang bertengkar, wanita yang setia akan terus berusaha dalam posisi yang rendah hati. Wanita seperti ini tidak akan menimpali perkataan Anda karena ia percaya bahwa emosi tidak akan menyelesaikan masalah Anda berdua.

Pemaaf dan murah senyum

Maka dari itu, tidak heran jika wanita setia lebih memilih untuk diam ketika sedang bertengkar.

Namun setelah Anda menyadari pertengkaran yang Anda lakukan sebenarnya hanya membuatnya sakit hati, maka segeralah minta maaf. Apalagi wanita yang setia merupakan tipikal orang yang sangat mudah untuk memaafkan.

Jujur dan Terbuka

Kejujuran merupakan hal yang sangat dibutuhkan ketika menjalin sebuah asmara. Menjalin hubungan dengan wanita setia tentu akan lebih mudah dikarenakan sifat jujur dan terbuka yang ia miliki.

Secara terbuka ia akan selalu menceritakan hari-hari yang ia lalui kepada Anda. Ketika dia sedang mengahadapi sebuah masalah, maka ia juga akan menceritakannya secara jujur.

***

Nah, dengan mengetahui beberapa ciri ciri wanita setia di atas, maka kini Anda memiliki sedikit referensi untuk menentukan apakah wanita Anda setia atau tidak terhadap hubungan yang kini sedang dijalani.

Selasa, 15 November 2016

Bisnis Islami

Bagaimana Cara Memulai Usaha Sendiri (versi Pengusaha Muslim)

Berikut adalah saran dari saya bagi yang ingin menjadi pengusaha muslim dan cara memulai usaha sendiri :

1. Bangun Motivasi dan Bulatkan Tekad!

Menjadi pengusaha memerlukan tekad yang kuat untuk mengadapi berbagai kesulitan selama mengembangkan usaha, diperlukan tenaga extra dan persistensi yang tinggi untuk menembus semak belukar dunia usaha yang gelap dan tajam. Tekad kuat hanya dapat terbentuk jika Anda sudah membangun motivasi dan cita-cita yang besar atau karena keinginan untuk keluar tekanan keadaan yang sulit dan memaksa.

2. Perkuat Tawakkal Kepada Allah Ta’ala!

Setelah tekad sudah bulat maka bertawakallah kepada Allah Subhaanahu Wata’aala dengan sebaik-baik tawakkal. Dengan bertawakkal, pikiran menjadi tenang saat bekerja, tidak khawatir akan hal-hal yang belum terjadi, secara penuh pasrahkan nasib dan rezeki Anda kepada Allah Ta’ala.

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” QS. Ali ‘Imran : 159

Rezeki merupakan urusan Allah Ta’ala, kita hanya diperintahakan untuk berusaha dan berdo’a.

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS. Al ‘Ankabuut : 60

3. Saat Merintis Usaha, Jangan Memaksakan Diri untuk Berbisnis Sesuai Gambaran Ideal yang Anda Miliki!

Banyak orang yang menunda-nunda berbisnis karena ide bisnisnya tidak dapat diwujudkan, seperti karena modal tidak mencukupi, tidak sesuai dengan bidang keahlian atau malu karena peluang bisnis yang ada sekarang hanya sekedar bisnis ecek-ecek, tidak keren, dsb. mereka menunggu keajaiban yang tidak kunjung datang, mereka memilih mengabaikan peluang usaha yang telah ada dimana menurut mereka keuntungannya kecil dan tidak menarik, mereka berkhayal untuk mengembangkan bisnis besar atau memperoleh proyek besar tanpa didukung asset dan fasilitas penunjang yang diperlukan.

Kerjakan apa yang Anda mampu untuk mengerjakannya sekarang juga, meskipun Anda merasa peluang bisnis yang ada saat ini kurang menarik namun bersabarlah, boleh jadi suatu hari Anda akan menemukan peluang bisnis baru yang lebih baik dengan sarana bisnis pertama yang telah Anda rintis. Bisa jadi Anda akan menemukan partner bisnis atau pemodal besar yang bersimpati kepada Anda karena kejujuran dan kualitas kerja Anda sekarang. Jalani dulu apa adanya, syukuri apa yang ada, pasti Allah tambah nikmatNya. Just do it!

4. Pilih Bisnis yang Dapat Anda Kuasai dengan Cepat!

Anda dapat memilih bisnis yang ada hubungannya dengan latarbelakang pendidikan atau yang sesuai dengan hobi atau yang dapat dibackup oleh keluarga, teman, dsb. Seperti misalkan Anda diperbolehkan mengambil barang dagangan tapi hutang dulu karena yang punya barang adalah teman sendiri, atau outsourcing pekerjaan cetak buku ke percetakan tapi bayarnya dicicil karena yang punya percetakan adalah paman sendiri, dsb.

Manfaatkan asset apapun yang Anda miliki dan yang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin, baik aset fisik maupun aset yang tidak terlihat (intangible aset yang berupa skill, pengalaman kerja, hubungan baik, kepercayaan, jaringan, dsb).

Intinya manfaatkan dulu asset apapun yang kita punya, jangan memikirkan ide bisnis yang kita tidak mempunyai kekuatan apapun disana. Jangan memulai bisnis dengan asset nol.

Sebagai contoh, Anda biasa bekerja sebagai sales disebuah perusahaan kemudian ingin berwiraswasta, meskipun Anda mempunya ide produk yang hebat maka jangan berpikir untuk mengembangkan produk tersebut disaat kita merintis usaha, karena terlalu banyak variabel yang diperlukan untuk sukses dalam sebuah bisnis produksi, kembangkan terlebih dahulu bisnis jasa, pemasaran, konsultan, dsb… hindari bisnis produksi yang memakan biaya besar dalam mengembangkannya, semua ada waktunya, bersabarlah.

Carilah teman yang punya produk yang menarik untuk kita pasarkan atau kita jual dengan merek dan kemasan kita sendiri. Cari dulu pengalaman menjual dan melayani pelanggan baru berpikir produksi, bangun intangible asset baru sebanyak-banyaknya untuk pengembangan produk baru dimasa depan.

Nanti kalau sudah berjalan sekian lama akan terbentuk pola, gambaran yang tepat tentang produk yang cocok untuk dikembangkan sendiri.

Yang paling utama dalam sebuah bisnis adalah memiliki pasar (market), punya merek dan dipercaya orang. Selanjutnya produksi bisa outsourcing. Contohnya : sepatu Nike, pemilik sepatu Nike tidak mempunyai pabrik, tapi mereka mempunyai merek yang kuat dan pasar yang besar. (Saya tidak tahu apa Nike masih seperti itu atau sudah punya pabrik sendiri sekarang).

Juga kebanyakan perusahaan IT hampir sebagian besar outsourcing ke Taiwan, Korea, Malaysia dan Cina untuk produksi notebook dan peralatan elektroniknya. Seperti Apple dengan iPod dan iPhone-nya, kalau kita lihat dibalik produknya akan terbaca “made in china”, tapi mereka bisa berhasil menguasai pasar pemutar MP3 dan nomor dua untuk smartphone.

5. Tentukan Diferensiasi Produk!

Pikirkan produk apa yang kira-kira dapat dijual tanpa banyak persaingan serta belum ada produk lain dengan merek yang kuat yang terhubung kepada produk tersebut. Pelajari apa yang bisa membuat produk atau layanan kita berbeda dengan yang lain. Setidaknya produk kita dikemas berbeda dan pada akhirnya dipersepsi berbeda oleh pelanggan.

Apa yang membuat Apple bisa sukses dengan iPod dan iPhone-nya? Mereka bisa membangun pasar baru yang belum dipikirkan orang lain, mereka membuat inovasi baru, mereka mencari celah2 dimana konsumen belum puas dengan produk yang ada. Mereka membangun kekuatan merek dan loyalitas pelanggan, kebanggaan memakai produk mereka, gengsi dan gaya hidup. Mereka tidak serta merta membuat produk untuk sekedar menyaingi produk lain.

Sebagai contoh, iPhone dikembangkan tahun lalu, disaat ratusan juta orang sudah memiliki handphone, mereka sepertinya sudah terlambat untuk memulai bisnis ini, tapi ternyata iPhone dalam waktu kurang dari dua tahun sudah merajai pasar smartphone, diposisi kedua setelah nokia untuk penjualan smartphone, mengalahkan RIM Blackberry dan Microsoft Smartphone.

6. Pilih Fokus dan Bekerjalah Secara Fokus!

Jangan asal terima proyek, jangan kembangkan banyak produk untuk satu merek yang sama atau mengembangkan banyak bisnis sekaligus disaat Anda merintis usaha. Tujuan dari fokus adalah agar kita semakin ahli dan menguasai bidang usaha yang kita geluti yang pada akhirnya akan terbangun merek yang kuat yang terkait erat dengan satu jenis produk saja dibenak pelanggan (Donat = Dunkin Donut, Burger = McD, Teh Botol = Sosro, Pizza = Pizza Hut, dsb.).

Dana yang terbatas jangan dipecah2 untuk berbagai jenis produk atau banyak usaha. Tanamkan semua sumberdaya untuk menguatkan kekuatan bisnis/produk kita. (Ini mungkin bertentangan dengan pendapat jangan letakkan semua telur dalam satu keranjang), tapi bagi saya justru telah terbukti, semakin kita fokus dan semakin banyak sumber daya yang kita tanamkan untuk satu jenis produk/jasa, maka hasilnya akan lebih baik.

Lama kelamaan pasar akan punya persepsi yang kuat untuk merek produk kita, karena kita fokus dan mempunyai positioning yang kuat.

Sebagai contoh:

DHL dikenal untuk pengiriman seluruh dunia
FedEX dikenal untuk pengiriman semalam sampai.

Maka mereka yang ingin barangnya terkirim dalam waktu semalam akan mempercayakan pengiriman barangnya kepada FedEX karena FedEx benar-benar berupaya untuk terwujudnya janji semalam sampai, sedangkan mereka yang ingin mengirim barang ke ujung dunia, mereka akan mempercayakannya kepada DHL, karena FedEx tidak mempunyai infrastruktur hingga kepelosok-pelosok negeri yang jauh.

7. Carilah Teman atau Berpartnerlah!

Jangan takut untuk mencari partner atau menggaji karyawan. Jangan berusaha mengerjakan semuanya sendiri. Masing-masing kita mempunyai kelebihan dan kekurangan, carilah teman atau karyawan yang dapat menutupi kelemahan dan kekurangan kita. Agar terbentuk tim yang kuat dalam segala bidang.

Jangan takut tidak dapat menggaji karyawan, rezeki mereka telah diatur oleh Allah Subhaanahu Wata’aala, kita hanya sarana saja. Justru dengan melibatkan orang lain InsyaAllah rezeki kita akan lebih baik dan lebih barokah daripada bekerja sendirian.

8. Perkuat Kesabaran, Ketaqwaan dan Tawakkal!

Bersabarlah atas segala kesulitan dan kegagalan yang terjadi, maju terus jangan pernah berputus asa dari Rahmat Allah Ta’ala. Dengan bersabar dalam menghadapi kesulitan dan kegagalan akan membuat kita semakin matang dalam berusaha dan semakin trampil, seperti layaknya besi baja yang ditempa oleh pandai besi, dipukul-pukul dengan keras, dipanasi dengan api yang membara, sehingga akhirnya menghasilkan pedang yang indah, kuat dan tajam.

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” QS. Al Baqarah : 153

“Dan bersabarlah kalian sesunguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Al Anfal: 46).

“Sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran.” Hadits Arba’in no. 19

Hindari perbuatan dosa, karena akan membuat hidup Anda sulit dan rezeki sempit.

“Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.” QS. Yunus : 17

“Sesungguhnya seorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yang diperbuatnya.” (HR. Tirmidzi dan Al Hakim)

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” QS. Ath Thalaaq : 2-3

Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi, hindari merenung hal-hal yang membuat kita jadi takut untuk maju, atau hilang semangat. Setan selalu membisikkan kemelaratan, ketakutan akan kegagalan. Pikirkan hal-hal positif yang dapat membuat kita terus semangat dan antusias. Karena antusiasme kita akan menular kepada karyawan dan kepada colon pelanggan, mereka secara alamiah akan turut antusias membeli produk kita. Sandarkan nasib dan rezeki Anda kepada Allah dengan bertawakkal kepadaNya.

“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.” QS. Al Baqarah : 268

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” QS. Ath Thalaaq : 3

Banyak ayat2 Al-Quran yang menerangkan betapa hebatnya kekuatan sabar, tawakkal dan taqwa itu, jadi jangan ragu lagi, kita orang Islam memiliki sesuatu yang tidak dimiliki non muslim.

Kalau cara berpikir kita terlalu matematis, seolah-olah tidak ada Allah Yang Maha Kaya dan Maha Berkuasa atas Segala Sesuatu, seolah-olah kita sendirilah yang menentukan rezeki kita dan rezeki pegawai dan anak-anak kita, maka bersiap-siaplah untuk gagal dan hidup susah. Tapi kalau kita yakin bahwa kita sebagai manusia hanya dituntut untuk berusaha saja, yakin bahwa rezeki itu urusan Allah Ta’ala, sedangkan kita tetap berusaha dalam ketaatan kepadaNya (bertaqwa), maka jangan heran kalau dalam waktu singkat bisnis anda akan berkembang pesat, InsyaAllah.

9. Berbuat Baiklah dan Tinggalkan Maksiat!

Banyak jalan kebaikan yang dapat melapangkan rezeki dan memudahkan urusan kita, seperti berbuat baik kepada orang tua, menyambung silaturahmi, bersedekah, membantu fakir miskin dan anak yatim dan berbagai ibadah-ibadah wajib dan sunnah seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam yang kesemua itu dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” QS. Al Baqarah : 261

“Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” QS. Al-Lail : 4 – 7

“Tiadalah kamu mendapat pertolongan (bantuan) dan rezeki kecuali karena orang-orang yang lemah dari kalangan kamu.” (HR. Bukhari)

“Tiap menjelang pagi hari dua malaikat turun. Yang satu berdoa: “Ya Allah, karuniakanlah bagi orang yang menginfakkan hartanya tambahan peninggalan.” Malaikat yang satu lagi berdoa: “Ya Allah, timpakan kerusakan (kemusnahan) bagi harta yang ditahannya (dibakhilkannya).” (Mutafaq’alaih)

Jauhi segala perbuatan dosa dan maksiat, karena perbuatan dosa dan maksiat akan membuat hidup kita susah dan rezeki menjadi sempit.

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” QS. Thaahaa : 124

“Sesungguhnya seorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yang diperbuatnya.” (HR. Tirmidzi dan Al Hakim)

Jangan berbuat dosa hanya karena mengejar rezeki yang terlambat datang, karena rezeki telah ditentukan dan tidak akan datang dengan sebab dosa. Anda tidak akan mati sebelum rezeki yang telah ditentukan untuk Anda telah Anda terima semuanya.

“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” QS Saba’ : 39

“Sesungguhnya rezeki mencari seorang hamba sebagaimana ajal mencarinya.” (HR. Ath-Thabrani)

Wallahu a’alam

Artikel www.PengusahaMuslim.com

Read more http://pengusahamuslim.com/362-bagaimana-cara-memulai-usaha-sendiri-versi-pengusaha-muslim.html

Sabtu, 29 Oktober 2016

JAGALAH ALLAH (1)

JAGALAH ALLAH AZZA WA JALLA NISCAYA ALLAH AZZA WA JALLA MENJAGAMU

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِِ عَبَّاسٍٍٍِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا ، فَقَالَ «يَا غُلَامُ ! إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ : اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَـعِنْ بِاللهِ. وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِاجْتَمَعَتْ عَلىَ أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَ إِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ». رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ ، وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيِحٌ. وَفِي رِوَايَةٍ غَيْرِ التِّرْمِذِيِّ : «اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّ ةِ. وَاعْلَمْ أَنَّ مَاأَخْطَأَكَ ؛ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ ، وَمَا أَصَابَكَ ؛ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الكَرْبِ ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا».

Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma , ia mengatakan, “Pada suatu hari, aku pernah dibonceng di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, ‘Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ‘Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.’” [HR. at-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahîh.”]

Dalam riwayat selain at-Tirmidzi disebutkan, “Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2516), Ibnus Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 425), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 316, 317, 318), Abu Ya’la dalam Musnadnya (no. 2549), Ahmad (I/293, 303, 307), Al-Ajurri dalam asy-Syarî’ah (II/829-830, no. 412), al-Lâlika-i dalam Syarh Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah wal Jama’ah (no. 1094, 1095), ath-Thabrâni dalam al-Mu’jamul Kabîr (no. 11243, 11416, 11560, 12988), ‘Abd bin Humaid dalam Musnadnya (no. 635), al-Hâkim (III/541, 542), Abu Nu’aim dalam al-Hilyatul Auliyâ’ (I/389, no. 1110), al-Baihaqi dalam Syu’abul Imân (no. 192).

Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni dalam Zhilalul Jannah fî Takhrîjis Sunnah (no. 315-318) dan Hidâyatur Ruwât (no. 5232), dishahihkan juga oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dalam Takhrij Musnad Ahmad (no. 2669, 2763, 2804).

SYARAH HADITS
1. JAGALAH ALLAH AZZA WA JALLA, NISCAYA DIA AZZA WA JALLA AKAN MENJAGAMU
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jagalah Allah,”
Maksudnya jagalah batas-batas Allah, hak-hak-Nya, serta menjaga perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya dengan mengerjakan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Demikian pula, dengan mempelajari agama-Nya sehingga dengannya engkau dapat beribadah kepada Allah Azza wa Jalla dan bermuamalah dengan manusia serta mendakwahkannya di jalan Allah.
Hal-hal terbesar yang harus dijaga oleh seorang hamba

1. Tauhid Yang Merupakan Hak Allah Azza Wa Jalla Yang Paling Besar
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu :

يَا مُعَاذُ، أَتَدْرِيْ مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْـعِبَادِ وَمَا حَقُّ الْـعِبَادِ عَلَى اللهِ؟ قُلْتُ: اَللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: حَقُّ اللهِ عَلَى الْـعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلَا يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا، وَحَقُّ الْـعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا.

“Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya, dan apa hak hamba atas Allah?” Mu’adz pun menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah supaya mereka beribadah hanya kepada Allah saja dan mereka tidak boleh berbuat syirik (menyekutukan Allah) dengan suatu apa pun juga. Sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya.”[1]

Setiap muslim dan muslimah wajib memenuhi hak Allah, yaitu dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla , mentauhidkan Allah dalam seluruh ben-tuk ibadah dan ditujukan hanya kepada Allah saja dan tidak boleh berbuat syirik, tidak boleh menyekutukan Allah dengan suatu apa pun juga.

2. Shalat Wajib Lima Waktu.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

Jagalah segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha; berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’ [al-Baqarah/2:238]

وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ

Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. [al-Ma’ârij/70:34]

Menjaga shalat wajib lima waktu, yaitu melaksanakan dan memerintahkannya kepada keluarga dan saudara-saudara kita, dengan memperhatikan waktu, tata cara, khusyu’, dan berjama’ahnya.

3. Menjaga Thaharah (bersuci)
Seorang mukmin dan mukminah harus menjaga dirinya dari hadats kecil dan hadats besar dengan thaharah (bersuci), yaitu berwudhu dan mandi janabah serta mandi setelah bersih dari haid dan nifas.

Bersuci termasuk sebagian dari iman. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

… اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ الْإِيْمَانِ…

Bersuci adalah sebagian dari iman [2]

Berwudhu adalah kunci shalat. Seseorang tidak akan diterima shalatnya apabila dia tidak berwudhu. Seorang hamba terkadang batal wudhunya, sedangkan dia tidak mengetahuinya ke-cuali Allah Azza wa Jalla . Karena itu, menjaga wudhu untuk shalat menunjukkan konsistensi iman pada hati seorang hamba.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاعْلَمُوْا أَنَّ خَيْـرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ، وَلَا يُـحَافِظُ عَلَى الْوُضُوْءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ.

“… Dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah shalat. Dan tidak ada yang menjaga wudhu melainkan orang mukmin.”[3]

4. Menjaga Sumpah
Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ

“… Dan jagalah sumpahmu…” [al-Mâ-idah/5:89]

Apabila seseorang bersumpah kemudian ia tidak melaksanakan sumpah tersebut atau dilanggar, maka ia berdosa dan wajib membayar kaffârat (tebusan). Yaitu:
1. Memberi makan 10 orang miskin, atau
2. Memberikan pakaian kepada mereka, atau
3. Memerdekakan budak.

Barangsiapa yang tidak mampu melakukannya, maka ia berpuasa tiga hari.
Dan jangan sekali-kali bersumpah dengan selain nama Allah Azza wa Jalla . Krena barangsiapa bersumpah dengan selain nama Allah Azza wa Jalla , ia telah berbuat syirik.

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ أَشْرَكَ

Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah ber-buat syirik [4]

5. Menjaga Kepala Dan Perut.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اِسْتَحْيُوْا مِنَ اللهِ حَقَّ الْـحَيَاءِ، مَنِ اسْتَحْىَا مِنَ اللهِ حَقَّ الْـحَيَاءِ ؛ فَلْيَحْفَظِ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى وَالْبَطْنَ وَمَا حَوَى وَلْيَذْكُرِ الْـمَوْتَ وَالْبِلَى ، وَمَنْ أَرَادَ اْلآخِرَةَ تَرَكَ زِيْنَةَ الدُّنْيَا ، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدِ اسْتَحْيَا مِنَ اللهِ حَقَّ الْـحَيَاءِ.

Hendaklah kalian malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Barangsiapa yang malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya, maka hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang ada padanya, hendaklah ia menjaga perut dan apa yang dikandungnya, dan hendaklah ia selalu ingat kematian dan busuknya badan. Barangsiapa yang menginginkan kehidupan akhirat, hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang mengerjakan yang demikian, maka sungguh ia telah malu kepada Allah dengan sebenar-benar malu.[5]
Yang ada pada kepala adalah: (1) mata, yaitu dengan menjaganya agar tidak melihat yang haram, (2) telinga, yaitu dengan menjaganya agar tidak mendengarkan hal-hal yang haram, seperti musik, lagu, ghibah, dan lainnya, dan (3) lisan, yaitu dengan menjaganya dari pembicaraan yang mengandung dosa berupa ghibah, caci maki, adu domba, memfitnah dan semisalnya. Sedang menjaga perut ialah dengan menjaganya agar barang-barang yang haram tidak masuk ke dalamnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ جَسَدٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

Setiap badan yang dagingnya tumbuh dari yang haram, maka neraka lebih layak bagi dirinya. ”[6]

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Niscaya Dia Akan Menjagamu”.

Maksudnya, barangsiapa menjaga perintah-perintah Allah Azza wa Jalla dan melaksanakan kewajibannya serta menahan diri dari apa yang dilarang darinya, niscaya Allah Azza wa Jalla akan menjaga agama, keluarga, harta, dan dirinya karena Allah Azza wa Jalla akan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan-Nya. Karena, amal itu tergantung dari jenis amal. Allah Azza wa Jalla berfirman:

إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ

Jika engkau menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolongmu. [Muhammad/47:7]

Penjagaan Allah Azza wa Jalla terhadap hamba-Nya terbagi dua:
Pertama : Allah Azza wa Jalla akan menjaga para hamba-Nya dalam urusan duniawinya. Seperti penjagaan Allah atas badan, harta, anak, dan keluarga dari para hamba-Nya. Allah akan menjaga anak keturunan orang-orang shalih yang menjaga batas-batas-Nya, sebagaimana firman-Nya:

وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا

Dan ayah kedua (anak ini) adalah orang shalih. [al-Kahfi/18:82]

Di dalam (ayat ini) terdapat dalil bahwa seorang yang shalih akan senantiasa dijaga keturunannya oleh Allah Azza wa Jalla . Begitu juga, barokah ibadahnya mencakup para anak keturunannya di dunia dan di akhirat.[7] Apabila seorang hamba menyibukkan diri dengan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla , maka Allah Azza wa Jalla akan menjaganya.[8]

Kedua, dan ini yang paling penting, yaitu penjagaan Allah Azza wa Jalla atas agamanya dan menyelamatkannya dari kesesatan. Karena, jika seseorang diberi petunjuk, maka Allah Azza wa Jalla akan menambahkan petunjuk kepadanya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketakwaan kepada mereka. [Muhammad/47:17]

Dari keterangan ini diketahui bahwa orang yang tidak menjaga Allah Azza wa Jalla , maka dia tidak berhak mendapat penjagaan-Nya. Dan di dalamnya juga terkandung motivasi untuk selalu menjaga batas-batas Allah Azza wa Jalla .

2. KEBERSAMAAN DAN PERTOLONGAN ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA BAGI ORANG-ORANG YANG BERTAKWA
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.”

Maksudnya, barangsiapa menjaga batas-batas Allah Azza wa Jalla dalam diri dan keluarganya serta tetap istiqamah dalam mengikuti al-Qur-ân dan Sunnah, maka Allah Azza wa Jalla akan bersamanya dalam setiap keadaan. Allah Azza wa Jalla akan selalu memperhatikannya, menjaganya, memberikan taufik kepadanya, meluruskannya, dan senantiasa melindungi, dan menolongnya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَالَّذِيْنَ هُمْ مُحْسِنُوْنَ.

Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan. [an-Nahl/16:128]

Qatadah rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla , maka Allah Azza wa Jalla akan bersamanya. Dan barangsiapa yang Allah Azza wa Jalla bersamanya, maka dia masuk dalam golongan yang tidak dapat dikalahkan, dia bersama penjaga yang tidak tidur, dan dia bersama pemberi petunjuk yang tidak menyesatkan.”[9]

3. KENALILAH ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA DI SAAT SENANG, NISCAYA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA MENGENALMU DI SAAT SUSAH
Ini adalah hikmah nabawiyah yang selayaknya dijaga dan disebarkan yaitu melakukan ajakan untuk mengenal Allah Azza wa Jalla di saat senang, sehat, kaya, aman, dan kuat. Mengenal Allah Azza wa Jalla dapat dilakukan dengan cara menjaga berbagai kewajiban, menjauhi berbagai larangan, dan menambah usaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan memperbanyak amalan sunnah. Maka, barangsiapa mengenal Allah Azza wa Jalla dalam keadaan seperti ini, Allah Azza wa Jalla akan mengenalnya pada saat keadaannya susah, sempit, fakir, sakit.

Sungguh, kekasih kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengenal Rabb-nya di saat senang, maka Allah Azza wa Jalla mengenal beliau pada saat berada di gua, pada saat Perang Badar, dan Perang Ahzâb, lalu Allah Azza wa Jalla menolongnya, meneguhkannya, mengalahkan musuh-musuhnya. Demikian pula, Nabi Yunus q mengenal Rabb-nya pada saat senang, maka Allah Azza wa Jalla mengenalnya pada saat berada di dalam perut ikan lalu menyelamatkannya, meneguhkan hatinya, dan menolongnya.[10] Maka, barangsiapa yang bermuamalah dengan Allah Azza wa Jalla dengan takwa dan menaati-Nya di saat senang, maka Allah Azza wa Jalla akan memberikan kasih sayang kepadanya dan menolongnya di saat dia mengalami kesulitan.[11]

4. SABDA RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM: “JIKA ENGKAU MEMINTA, MAKA MINTALAH KEPADA ALLAH.”
Maksud dari meminta di hadits ini adalah doa, sedang doa adalah ibadah. Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اَلدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

Doa adalah ibadah.

Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah Azza wa Jalla :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Rabb kalian berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan doa kalian.’”[Ghâfir/40:60] [12]

Wajib bagi setiap muslim agar meminta kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak boleh meminta kepada selain Allah Azza wa Jalla dalam perkara-perkara yang tidak mungkin terwujudkan kecuali oleh Allah Azza wa Jalla semata. Barangsiapa jatuh ke dalamnya, berarti ia telah jatuh dalam kesyirikan. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang berdo’a (menyembah) kepada selain Allah, (sembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari Kiamat… [al-Ahqâf/46:5]

Adapun tentang meminta-minta kepada manusia dalam urusan dunia yang mampu diwujudkan, maka terdapat dalil-dalil yang banyak yang melarang dan mengecamnya. Diantaranya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِـيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَيْسَ فِـيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَـحْمٍ.

“Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain, hingga ia datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.”[13]
Hadits ini dan yang sepertinya menunjukkan haramnya minta-minta kepada orang lain, dan tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat.

5. SABDA RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM: “JIKA ENGKAU MEMINTA PERTOLONGAN, MINTALAH PERTOLONGAN KEPADA ALLAH.”
Maksudnya, jika engkau meminta suatu kebutuhan maka janganlah meminta kecuali kepada Allah Azza wa Jalla , jangan sekali-kali meminta kepada makhluk. Seandainya engkau meminta kepada makhluk sesuatu yang ia mampu memberikannya, maka ketahuilah bahwa itu termasuk perantara saja, sedang yang berkuasa mewujudkan sebab itu adalah Allah Azza wa Jalla . Jika Allah Azza wa Jalla berkehendak, Dia akan menghalanginya memberikan apa yang engkau minta. Maka bersandarlah hanya kepada Allah Azza wa Jalla . [14]

Seorang hamba meskipun telah diberikan kedudukan, kekuatan, dan kekuasaan, dia tetap saja tak mampu dan lemah untuk mendatangkan manfaat dan menolak bahaya dari dirinya sendiri. Oleh karena itu, ia wajib meminta tolong kepada Allah Azza wa Jalla semata untuk kebaikan agama dan dunianya. Barangsiapa yang ditolong Allah Azza wa Jalla , dialah orang yang ditolong dan diberi taufik, dan barangsiapa yang dihinakan-Nya dan dibiarkan sendirian, maka dialah orang yang rugi dan bangkrut.

Maka, wajib atas setiap muslim untuk memohon pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla untuk menaati-Nya dan meninggalkan perbuatan maksiat kepada-Nya, mohon pertolongan untuk sabar terhadap seluruh takdir-Nya serta keteguhan hati pada hari bertemu dengan-Nya, yaitu pada hari dimana anak dan harta tidak bermanfaat lagi.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. [al-Fâtihah/1:5]

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ ، وَلَا تَعْجَزْ…

“Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah, dan jangan lemah.”[15]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwasiat kepada Muadz bin Jabal Radhyallahu anhu agar selalu berdzikir sesudah shalat wajib lima waktu, agar membaca:

اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَ شُكْرِكَ وَ حُسْنِ عِبَادَتِكَ

Ya Allah, tolonglahlah aku dalam berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu[16]

Seorang hamba pasti memerlukan bantuan Allah Azza wa Jalla, baik untuk mengerjakan perintah atau meninggalkan larangan dan sabar dalam ujian, seperti yang dialami oleh Nabi Ya’kub Alaihissallam yang telah beliau sampaikan kepada putranya lewat firman Allah Azza wa Jalla :

فَصَبْرٌ جَمِيلٌ ۖ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَىٰ مَا تَصِفُونَ

Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku), dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan. [Yûsuf/12:18]

6. IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya) : “Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh ummat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu.”

Maksudnya, jika seluruh manusia yang pertama sampai yang terakhir berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, mereka sekali-kali tidak akan mampu melakukannya, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Oleh karena itu, apabila ada makhluk yang memberikan manfaat kepada seseorang, maka hal itu pada hakikatnya bersumber dari Allah Azza wa Jalla karena Allahlah yang telah menentukan manfaat itu untuknya. Hal ini menjadi pendorong bagi kita untuk bersandar kepada Allah dan meyakini bahwa seluruh manusia tidak akan mampu mendatangkan suatu kebaikan kepada kita atau membahayakan kita kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.[17]

Sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu.”

Oleh karena itu, jika engkau mendapat keburukan dari seseorang, yakinilah bahwa Allah telah menetapkan keburukan itu atasmu, maka ridhalah terhadap qadha dan qadar Allah. Dan tidak ada salahnya engkau berusaha menolak keburukan tersebut karena Allah Ta’ala berfirman,

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan serupa…” [asy-Syûrâ/42: 40][18]

Sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”

Ini adalah kiasan yang menunjukkan bahwa penulisan semua takdir telah selesai sejak dahulu kala. Karena sebuah buku jika telah selesai ditulisi, pena-pena diangkat darinya, dan telah berlalu sekian lama, maka tinta yang dipakai menulis menjadi kering, dan buku-buku yang ditulis dengan tinta itu menjadi kering pula. Ini merupakan kiasan terbagus dan terindah. [19]

Semua yang terjadi dan yang akan terjadi di langit dan di bumi serta di antara keduanya, mulai penciptaan makhluk sampai manusia masuk Surga dan Neraka, semua itu sudah tercatat di Lauhul Mahfûzh.

Banyak sekali ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang menunjukkan makna tersebut. Di antaranya, firman Allah Ta’ala,

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfûzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.” [al-Hadîd/57: 22].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمَ، قَالَ لَهُ: اُكْتُبْ! قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اُكْتُبْ مَقَادِيْرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ

“Sesungguhnya makhluk yang pertama diciptakan oleh Allah adalah qalam (pena). Allah berfirman kepadanya, ‘Tulislah.’ Ia menjawab, ‘Wahai Rabb-ku, apa yang harus aku tulis?’ Allah berfirman, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadi hari Kiamat.’”[20]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga bersabda,

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْـخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَـخْلُقَ السَّمَـاوَاتِ وَالْأَرْضِ بِـخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.

“Allah telah menulis takdir-takdir seluruh makhluk 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.”[21]

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu.”

Maksudnya, apa yang telah terjadi padamu tidak akan tertolak darimu, dan apa yang tidak akan engkau peroleh tidak mungkin pula engkau mendapatkannya. Mungkin juga (sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamdiatas-red) bermakna : apa yang telah Allah takdirkan akan menimpamu, tidak akan meleset darimu, pasti terjadi. Dan apa yang Allah takdirkan tidak menimpamu, maka hal itu tidak akan menimpamu selama-lamanya. Segala urusan ada di tangan Allah. Kondisi ini mendorong manusia agar bersandar kepada Allah secara total. [22]

Iman kepada qadha dan qadar memiliki empat tingkatan:
1. al-‘ilmu : maksudnya seorang mukmin yang beriman kepada qadar harus meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui semua yang ada di alam ini,
2. al-Kitâbah, maksudnya seorang mukmin meyakini bahwa semua kejadian – baik yang telah, sedang, maupun akan terjadi- telah Allah tuliskan di Lauhul Mahfuzh
3. al-Masyî-ah, maksudnya seorang mukmin meyakini bahwa semua hal yang terjadi tidak lepas dari kehendak Allah
4. al-Khalq, maksudnya bahwa manusia mempunyai kehendak dan keinginan, akan tetapi semuanya tidak lepas dari kehendak dan kekuasaan Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” [ at-Takwîr/81: 29]

Kemudian meyakini bahwa semua yang terjadi ini karena Allah yang menciptakannya. Allah l berfirman,

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” [ash-Shaffât/37: 96]

Sedangkan terhadap musibah, ada dua tingkatan bagi orang mukmin yaitu : (1) Ridha dengannya. (Ini tingkatan yang paling tinggi). Dan (2) Sabar terhadapnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْـمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَِحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sungguh, semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat musibah, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya” [23]

7. KEMENANGAN ADA BERSAMA KESABARAN
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesabaran.”
Dalam kalimat ini terdapat anjuran agar berlaku sabar karena jika (diketahui) kemenangan bersama kesabaran, maka seseorang pasti akan bersabar demi memperoleh kemenangan.[24] Makna seperti ini diperkuat oleh firman Allah Azza wa Jalla ,

قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Orang-orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Allah mengatakan, ‘Betapa banyak kelompok kecil dapat mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.’ Dan Allah bersama dengan orang-orang yang bersabar.” [al-Baqarah/2: 249]

Sabar ada tiga macam :
1. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah,
2. Sabar dalam meninggalkan maksiat,
2. Sabar dalam menerima musibah atau takdir yang buruk dari Allah Azza wa Jalla.

Demikian pula dalam menghadapi musuh-musuh Allah, butuh kesabaran karena dalam jihad terdapat banyak kesulitan dan hal-hal yang tidak mengenakkan. Sabar dalam menghadapi mereka merupakan sebab dan jalan mendapat kemenangan sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik dalam jihad melawan musuh yang nampak, yaitu orang-orang kafir, maupun dalam jihad melawan musuh yang tidak nampak, yaitu hawa nafsu. Orang yang sabar pada kedua jihad ini, ia akan ditolong dan akan berhasil mengalahkan musuhnya. Sedangkan yang tidak bersabar dan berkeluh kesah, maka ia akan kalah dan menjadi tawanan musuh atau terbunuh.
Pertolongan Allah pasti datang bila kaum mukminin menolong agama Allah dengan cara melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Saat melaksanakan perintah dan menjauhi larangan inilah mutlak diperlukan kesabaran. Tanpa kesabaran, tidak mungkin bisa melakukannya.

8. KELAPANGAN ADA BERSAMA KESEMPITAN
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Dan kelapangan bersama kesempitan.”
Terkadang musibah, fitnah, dan cobaan menimpa seorang muslim sehingga urusannya menjadi sulit, dunia terasa sempit dan rasa sedih serta galau semakin bertambah. Apabila ia mengharapkan pahala, bersabar, dan mengetahui bahwa apa yang menimpanya adalah atas takdir Allah serta tidak putus asa dari rahmat Allah, niscaya inâyah (pertolongan) Allah, maaf-Nya, ampunan-Nya, dan rahmat-Nya akan dia peroleh. Itulah kelapangan. Allah Ta’ala berfirman :

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

“Ataukah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan guncangan (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, ‘Kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” [al-Baqarah/2: 214]

Betapa sering Allah Azza wa Jalla membawakan kisah-kisah tentang ujian dan cobaan yang dialami para Nabi, kemudian Allah Azza wa Jalla menyebutkan pertolongan-Nya. Seperti kisah Nabi Nuh Alaihissallam dan pengikutnya yang diselamatkan di atas perahu, Nabi Ibrahim Alaihissallam diselamatkan dari api, Nabi Ismail Alaihissallam diganti dengan domba ketika diperintahkan Allah untuk disembelih. Kisah lainnya, Nabi Musa Alaihissallam dan pengikutnya yang diselamatkan dari Fir’aun, kisah Nabi Yunus alaihissallam . Juga kisah Nabi Muhammmad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ditolong ketika bersembunyi di gua, dibantu pada waktu Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, Perang Ahzâb, Perang Hunain dan lain-lain.

9. SESUNGGUHNYA BERSAMA KESULITAN ADA KEMUDAHAN
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”
Maksudnya, setiap kemudahan akan datang setelah adanya kesulitan, bahkan setiap kesulitan itu akan diiringi dua kemudahan: kemudahan sebelumnya dan kemudahan yang akan datang. Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” [al-Insyirâh/94: 5-6] [25]

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamdiatas menegaskan bahwa kesulitan tidaklah menimpa manusia terus menerus selama ia ridha dengan ketentuan Allah, senantiasa komitmen terhadap segala perintah dan larangan-Nya, dan pasrah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengganti kesulitan dengan kemudahan. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“…Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…” [ath-Thalâq/65: 3] [26]

FAWAA-ID HADITS
1. Bolehnya membonceng di atas kendaraan orang lain.
2. Disunnahkan mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada ummat dengan perkataan yang ringkas.
3. Berkemauan keras untuk membina kaum muslimin.
4. Balasan pahala itu tergantung dari jenis amalan.
5. Wajib atas seorang hamba menjaga batas-batas Allah, menjaga tauhid, shalat lima waktu, menjaga matanya, auratnya dan tidak boleh melewati batas dan wajib untuk mengagungkan-Nya.
6. Barangsiapa yang tidak menjaga batas-batas Allah, maka Allah tidak akan menjaganya. (al-Hasyr/59: 19).
7. Diharamkan meminta kepada selain Allah dalam hal-hal yang makhluk tidak mampu memberikannya seperti rizki, kesembuhan, ampunan, dan lain sebagainya
8. Seluruh makhluk itu lemah dan butuh kepada Allah Azza wa Jalla . Karena itu, seorang hamba wajib memohon pertolongan hanya kepada Allah Azza wa Jalla
9. Wajib beriman kepada al-Qadha wal Qadar yang baik maupun yang buruk. Semua yang terjadi di langit dan di bumi sudah ditaqdirkan oleh Allah, tidak ada satu pun yang terluput
10. Wajib bagi setiap hamba untuk mencari keridhaan Allah meski dibenci oleh manusia lainnya
11. Seorang hamba tidak sanggup untuk mendatangkan manfaat bagi dirinya dan tidak sanggup untuk menolak bahaya, melainkan dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala . Karena itu, ia wajib menggantungkan harapannya hanya kepada Allah.
12. Perbuatan makar—meskipun direncanakan oleh orang banyak—tidak akan terlaksana kecuali dengan izin Allah Azza wa Jalla (Qs at-Taubah/9: 51).
13. Catatan takdir di Lauhul Mahfûzh adalah tetap, tidak dapat diganti dan berubah lagi.
14. Perbanyaklah ibadah, dzikir, do’a, dan lainnya di saat senang, maka Allah Azza wa Jalla akan menolongmu di saat mengalami kesulitan.
15. Setiap kesulitan dan kesusahan yang menimpa seorang hamba, pasti sesudahnya ada kelapangan dan kemudahan.
16. Kelapangan dan kemudahan selalu menyertai orang yang mengalami kesulitan.
17. Bila seorang hamba ditimpa kesulitan, maka hendaklah ia memohon kepada Allah agar dihilangkan kesulitannya. Karena hanya Allah yang dapat memberikan manfaat dan menolak bahaya (kesulitan). (al-An’âm/6:17, Yûnus/10: 107).
18. Allah akan memberikan pertolongan dan kemenangan kepada para hamba-Nya yang sabar.
19. Jihad di jalan Allah membutuhkan kesabaran dan istiqamah.
20. Dengan kesabaran dan keyakinan, kepemimpinan dalam agama dapat diproleh. (Perkataan Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah)

Maraji :
1. Al-Qur-an dan terjemahnya.
2. Kutubus Sab’ah.
3. as-Sunanul Kubrâ lin Nasâ’i.
4. Shahîh Ibni Hibbân dengan at-Ta’liqâtul Hisân ‘ala Shahih Ibni Hibbân.
5. Sunan ad-Dârimi.
6. Mushannaf ‘Abdurrazzâq.
7. Mushannaf Ibni Abi Syaibah.
8. Mustadrak al-Hâkim.
9. Sunan al-Baihaqi.
10. Syarhus Sunnah, karya Baghawi.
11. Syarh Ma’ânil Aatsâr, karya ath-Thahâwi.
12. Al-Mu’jamul Kabîr, karya ath-Thabrani.
13. Al-Muntaqâ, karya Ibnul Jarud.
14. Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam, karya Ibnu Rajab al-Hanbali. Tahqiq: Syu’aib al-Arnauth dan Ibrahim Bâjis.
15. Nûrul Iqtibâs bi Washiyyatir Rasûl libni ‘Abbâs, karya Ibnu Rajab al-Hanbali.
16. Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah.
17. Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr.
18. Qawâ’id wa Fawâ’id minal ‘Arba’în an-Nawawiyyah, karya Nazhim Muhammad Sulthân.
19. al-Wâfî fî Syarh al-Arba’în an-Nawawiyyah, karya Dr. Musthafa al-Bugha dan Muhyidin Mustha.
20. Syarhul Arba’în an-Nawawiyyah, karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimin.
21. Dan kitab-kitab lainnya.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10-11/Tahun XIII/1431/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Shahih: HR. al-Bukhâri (no. 2856, 5967), Muslim (no. 30 (48), 30 (49)), Abu Dâwud (no. 2559), dan at-Tirmidzi (no. 2643).
[2]. Shahih: HR. Muslim (no. 223).
[3]. Shahih: HR. Ahmad (V/282) dari Sahabat Tsauban Radhiyallahu anhu . Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 115).
[4]. Shahih: HR. Ahmad (II/34, 69, 86), at-Tirmidzi (no. 1535), dan al-Hâkim (IV/297).
[5]. Hasan: HR. At-Tirmidzi (no. 2458), Ahmad (I/ 387), al-Hâkim (IV/323), dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 4033). Lihat Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 935).
[6]. Shahih: HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Imân (no. 5375), Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ’ (I/65, no. 67), dan Abu Ya’la dalam Musnadnya (no. 78, 79), dari Shahabat Abu Bakar ash-Shiddiq. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni. Lihat Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 4519).
[7]. Tafsîr Ibnu Katsîr (III/111).
[8]. Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (I/467).
[9]. Hilyatul Auliyâ’ (II/386, no. 2659).
[10]. Lihat Qawâ’id wa Fawâ-id (hal. 176).
[11]. Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (I/474).
[12]. Shahih: HR. Abu Dâwud (no. 1479), at-Tirmidzi (no. 3247), Ibnu Mâjah (no. 3828).
[13]. Shahih: HR. Al-Bukhâri (no. 1474) dan Muslim (no. 1040 (104)). Lafazh Muslim dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma.
[14]. Lihat Syarh al-Arba’în an-Nawawiyyah (hal. 225).
[15]. Shahih: HR. Muslim (no. 2664).
[16]. Shahih: HR. Ahmad (5/245), Abu Dâwud (no. 1522), an-Nasâ-i (3/53), dan al-Hâkim (1/273; 3/273).
[17]. Lihat Syarah al-Arba’în an-Nawawiyyah (hal. 226).
[18]. Lihat Syarah al-Arba’în an-Nawawiyyah (hal. 226).
[19]. Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (I/482).
[20]. Shahih: HR. Abu Dawud (no. 4700), at-Tirmidzi (no. 2155, 3319), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 102), Ahmad (V/317), dan selainnya dari Ubadah bin Shamit.
[21]. Shahih: HR. Muslim (no. 2653), Ahmad (II/169), dan at-Tirmidzi (no. 2156) dari Shahabat ‘Amr bin al-‘Ash .
[22]. Lihat Syarah al-Arba’iin an-Nawawiyyah (hal. 227).
[23]. Shahih: HR. Muslim (no. 2999 (64)), Ahmad (VI/16), ad-Dârimi (II/318) dan Ibnu Hibbân (no. 2885, at-Ta’lîqatul Hisân ‘alâ Shahîh Ibni Hibbân), dari Abu Yahya Suhaib bin Sinan . Lafazh ini milik Muslim.
[24]. Lihat Syarah al-Arba’în an-Nawawiyyah (hal. 227).
[25]. Lihat Syarah al-Arba’în an-Nawawiyyah (hal. 228).
[26]. Lihat al-Wâfî fî Syarh al-Arba’în an-Nawawiyyah (hal. 147).

Sumber: https://almanhaj.or.id/3484-jagalah-allah-azza-wa-jalla-niscaya-allah-azza-wa-jalla-menjagamu.html

Kamis, 13 Oktober 2016

Selingkuh (1)

LIFESTYLE

Ini Tanda Anda Terjebak Hubungan Palsu

Hubungan adalah sesuatu yang harus dijalani dengan kesungguhan dan tidak boleh ada kepalsuan sedikit pun antara Anda dan pasangan. Kepalsuan yang Anda maupun pasangan buat, justru hanya akan memperburuk keadaan.

Mungkin awalnya, Anda merasa apa yang Anda tutupi berjalan dengan baik dan berharap akan berakhir sempurna. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, Anda akan menyadari bahwa Anda harus menciptakan kebohongan lainnya dan berpikir bahwa ternyata hubungan Anda penuh dengan kepura-puraan.

Berikut beberapa tanda bahwa hubungan Anda tengah berada dalam kebohongan dan kepura-puraan, seperti dilansir Boldsky.

1. Dia tidak mau membaca pikiran Anda
Terkadang Anda hanya membutuhkan untuk bisa berbagi segala hal yang dirasakan dengan pasangan. Anda berharap tak perlu menjelaskannya, karena dia sudah mengerti apa yang sedang Anda rasakan. Tapi jika pasangan tidak pernah mengerti tentang diri Anda dan apa yang tengah Anda rasakan, kemungkinan ada hal yang salah dalam hubungan.

2. Tidak ada chemistry satu sama lain
Salah satu kebutuhan untuk saling memahami antara pasangan adanya chemistry satu sama lain. Jika hal ini tidak dirasakan, hubungam akan berjalan basi dan tidak bernyawa. Anda harus menyadari bahwa Anda terjebak dalam hubungan yang tak memiliki jiwa.

4. Tidak pernah memuji
Kita semua pasti senang dipuji dan tidak pernah menolak hal ini, apalagi jika itu keluar dari mulut pasangan. Pujian-pujian kecil juga dapat memperkuat hubungan. Jika ini hilang, maka ada sesuatu yang tidak benar dalam hubungan.

5. Anda sering meyakinkan diri sendiri
Jika Anda merasa harus meyakinkan diri sendiri atas apa yang Anda rasakan terhadap dia atau meyakinkan bahwa dia adalah orang yang tepat untuk Anda, ini bisa menjadi tanda bahwa Anda berada dalam hubungan palsu. Karena jika Anda mencintaimya, Anda bisa merasakan dalam hati bahwa dia adalah belahan jiwa yang Anda cari selama ini. Jadi, bukannya sibuk meyakinkan diri sendiri.

Sabtu, 08 Oktober 2016

Steve Jobs (1)

5 Kunci Sukses Steve Jobs yang Akan Menginspirasi Kamu

Siapa yang tidak kenal Steve Jobs? Beliau adalah pendiri dari Apple Computer yang juga merupakan penemu yang berasal dari Amerika Serikat. Meskipun beliau telah meninggal tahun 2011 silam, jasanya tidak akan pernag dilupakan karena beliau telah membuat perubahan besar di bidang teknologi.

Apple sendiri sudah berkembang pesat sampai sekarang. Terbukti dengan suksesnya iPhone di pasaran, ada juga MacBook, iPod, iPad dan masih banyak lagi. Tentunya semua produk Apple dikemas dengan kualitas premium. Terus apa sih yang membuat Steve Jobs bisa sebegitu suksesnya? Berikut TS rangkum 5 kunci sukses ala Steve Jobs yang bisa kamu jadikan inspirasi.

1. Lakukan Apa yang Kamu Suka

Hal inilah yang akan menjadi dasar jika kamu ingin sukses. Mulailah dengan hal-hal yang kamu suka. Seperti kita tau, pekerjaan yang dilakukan atas dasar suka (tanpa paksaan) pastilah akan membuahkan hasil yang memuaskan juga. Kamu bisa menciptakan sesuatu hal yang luar biasa dari sini.

2. Carilah Relasi

Untuk menjalankan sebuah bisnis, peran relasi sangatlah penting. Dengan memiliki banyak relasi kamu akan lebih mudah menjalankan bisnis dan mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan bisnismu. Tentu akan sangat berbeda jika kamu melakukan semuanya sendirian bukan?

3. Belajar Mengatakan Tidak

Tidak disini berarti belajar untuk mengetahui apa hal yang kita inginkan dan apa yang kita butuhkan. Hal yang kita inginkan tidak selalu kita butuhkan, tapi hal yang kita butuhkan sudah pasti menjadi keinginan kita. Untuk meraih sukses, kamu harus benar-benar tau apa yang kamu butuhkan. Percayalah, kualitas selalu lebih diutamakan daripada kuantitas.

4. Cari Pengalaman Baru

Jangan berhenti saat kamu sudah sukses. Cari dan carilah pengalaman baru untuk menambah wawasan kamu. Jika kamu seorang pelaku bisnis, janganlah fokus dengan apa yang kamu kamu jual saja melainkan kamu juga harus tau bagaimana metode penjualan yang tepat. Ini akan menjadi kombinasi ampuh dalam membangun bisnis yang kamu jalankan.

5. Biarkan Orang Tau Idemu

Saat kamu punya sebuah ide cemerlang tapi kamu hanya diam saja, ide tersebut hanya akan menjadi sebuah ide belaka. Jika ada orang lain yang mengemukakan ide serupa dengan idemu, dialah yang akan dianggap sebagai penemu ide tersebut. Jadi presentasikan idemu dan biarkan semua orang tau!

Suksesnya seseorang memang tidak ada yang tau. Kunci sukses setiap orang tergantung pada dirinya sendiri. Mulailah dari hal kecil, selalu berusaha dan jangan putus asa.

Kamis, 29 September 2016

FITNES usia tua

KISAH INSPIRATIF : Umur 50 tahun belajar fitness, umur 79 tahun jadi model terkenal

Usia bukan penghalang meraih mimpimu, mungkin itulah yang ingin diutarakan oleh Wang Deshun (79 tahun) asal Cina. Bagaimana tidak, pada umurnya yang sudah menginjak kepala 8 itu, beliau masih menggapai keinginannya untuk menjadi seorang model. Bahkan penampilannya mengalahkan model-model muda lainnya dan memukau penonton panggung peragaan busana tersebut. Saat kita lihat, sorot mata beliau menunjukkan keyakinan, langkahnya yang pasti dan bentuk badan yang tegap mencerminkan keyakinan dirinya.
"Saat aku melihatnya, aku merasa dia kembali ke umur 20-an" tulis salah seorang penggemar di media sosial.

Wang memulai karirnya sebagai aktor panggung di Teater Changchun ketika dia berumur 24 tahun. Namun, karena industri hiburan terus berkembang dan teater secara bertahap kehilangan popularitasnya di Changchun, Wang 49 tahun dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Beijing untuk terus mengejar cintanya teater .Namun , kehidupan di Beijing itu sulit . Tidak dapat menemukan pekerjaan akting tradisional , Wang mulai mengembangkan bentuk unik sendiri seni kinerja diam .

Dengan penampilannya sering melibatkan lukisan dirinya dan berdiri diam selama berjam-jam pada suatu waktu Wang mulai memukul gym pada usia 50 .Selama tahun 1980 -an dan awal 1990-an , ia membangun nama untuk dirinya sendiri di Beijing dan dilakukan di luar negeri di tempat-tempat seperti Jerman , Perancis dan Korea Selatan
"Saya bekerja membangun fisik selama empat jam sehari  dan butuh tiga tahun untuk membuat tubuh saya terlihat seperti patung , " kata Wang dalam sebuah wawancara dengan Yangtze Evening Post . Menurut dia, ia terus bekerja setidaknya dua puluh jam setiap hari

Kisah Inspiratif ini juga menarik perhatian Artis Indonesia Wulan Guritno. Di akun instagram pribadinya, wulan guritno menuliskan demikian :
“Wang Deshun (China) baru mulai belajar bahasa Inggris usia 44 tahun, usia 49 tahun mulai belajar drama ke Beijing, di usia 50 tahun belajar fitness, dan di usia 65 tahun Wang Deshun belajar naik kuda. Di usia 70 tahun, Wang Deshun menjadi body builder dan belajar naik speda motor. Baru di usia 79 tahun, Wang Deshun menjadi model. Pada tanggal 25 Maret 2015, penampilan Wang Deshun di panggung fashion show menyedot perhatian media massa. Sejak saat itulah Wang Deshun menjadi sangat terkenal."

"Kisah perjuangan Wang Deshun kembali membuktikan bahwa usia bukan alasan untuk berhenti belajar, berprestasi, atau mengejar impian. Sikap adalah segalanya. Sikap kita terhadap hidup ini akan menentukan masa depan dan prestasi. TIDAK ADA KATA TELAT DALAM APAPUN KALAU ADA KEMAUAN,” tulis Wulan Guritno kepada satu setengah juta pengikutnya di Instagram.

Senin, 26 September 2016

Reso Temmangingngi

Motivasi (Reso Temmangingngi) Dalam Suku Bugis

Dalam hal motivasi berprestasi, terungkap dalam ungkapan Bugis dengan istilah reso (usaha keras). Untuk mencapai prestasi reso merupakan syarat utama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perjuangan untuk mencapai suatu keberhasilan, seseorang haruslah pantang menyerah; ia harus tampil sebagai pemenang. Ungkapan Lontarak berikut mengisyaratkan betapa pentingnya melakukan gerak cepat agar orang lain tidak mendahului kita dalam bertindak:
Aja’ mumaelo’ ribetta makkalla ri cappa alletennge
(Janganlah mau didahului menginjakkan kaki di ujung titian.)

Ungkapan di atas memberi pelajaran bahwa dalam hidup ini terdapat persaingan yang cukup ketat dan untuk memenangkan persaingan itu, semua kemampuan yang ada harus dimanfaatkan. Titian yang hanya dapat dilalui oleh seorang saja dan siapa yang terdahulu menginjakkan kaki pada titian itu, berarti dialah yang berhak meniti terlebih dahulu. Ini berarti bahwa bertindak cepat dengan penuh keberanian, walaupun mengandung risiko besar merupakan syarat mutlak untuk menjadi pemenang. Namun demikian, tidak ada keberuntungan besar tanpa perbuatan besar dan tidak ada perbuatan besar tanpa risiko yang besar. Dalam sebuah ungkapan Lontarak ditekankan:

Resopa natinulu, natemmanginngi malomo naletei pammase Dewata Seuwaee.
(Hanya dengan kerja keras dan ketekunan, sering menjadi titian rahmat Ilahi.)

Ungkapan itu memberi pelajaran bahwa untuk memperoleh keberhasilan, seseorang tidak hanya berdo’a, tetapi harus bekerja keras dan tekun.

Ambo Enre (1992) mengutip sebuah ungkapan pesan Bugis bagi perantau-perantau sebelum meninggalkan kampung halaman sebagai berikut.

Akkellu peppeko mulao,
a’bulu rompeko murewe’.

(Bergundul licinlah engkau pergi, berbulu suaklah engkau kembali).

Pesan itu diperuntukkan kepada para perantau agar terdorong bekerja keras di negeri rantauannya. Serta mempunyai tekad yang kuat untuk tidak kembali ke kampung halamannya sebelum berhasil. Dalam kaitannya dengan usaha, waktu atau kesempatan merupakan salah satu faktor penentu dalam meraih kemenangan (Tang, 2007). Hal ini ditegaskan dalam ungkapan Bugis disebutkan:
Onroko mammatu-matu napole marakkae naia makkalu
(Tinggallah engkau bermalas-malas hingga kelak datang yang gesit lalu menguasai)

Selain pentingnya menghargai waktu/kesempatan, pentingnya seseorang menghindari perbuatan memetik keuntungan dari hasil jerih payah orang lain, tergambar dalam ungkapan berikut.

Temmasiri kajompie, tania ttaro rampingeng, naia makkalu.
(Tak malu nian si Buncis, bukan ia menyimpan penyanggah, ia yang memanjat)

Ungkapan itu menganjurkan bahwa untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, seseorang dituntut bekerja keras, tidak menyandarkan harapannya kepada orang lain.

Pustaka :

http://bangsabugis.blogspot.com

http://portalbugis.com/

Rabu, 21 September 2016

Imam Al-Syafi'i

Dîwân al-Imâm al-Syâfi‘i:
Gambar Diri Imam Syafi‘i dalam Syair

Saya kira hampir semua orang mengenal Muhammad ibn Idris al-Syafi‘i atau yang kita sebut secara singkat dengan Imam Syafi‘i, paling tidak pada sebatas ia adalah seorang pendiri salah satu mazhab-fikih terbesar, Mazhab Syafi‘i. Atau, paling tidak, jika disebut Imam Syafi‘i maka yang tebersit pertama dalam pikiran adalah fikih. Dan, barangkali sedikit dari kita yang mengetahui jika Imam Syafi‘i adalah juga seorang penyair, meski ia tidak menulis buku khusus untuk syair-syairnya. Ia menyenandungkan syair secara spontan sebagai cerminan atas keadaan tertentu atau sebagai jawaban pertanyaan seseorang kepadanya. Seorang murid yang mendengar syair itu akan menghafalnya, lalu menyampaikannya dari mulut ke mulut, turun-temurun. Kemudian, para ulama-penulis akan menukil untuk buku-buku mereka syair-syair yang sesuai dengan tema yang mereka tulis. Akhirnya, tersebarlah syair-syair Imam Syafi‘i di berbagai karya tentang hadis, fikih, sejarah, bahasa, etika, dan sebagainya.

Dan, Dîwân al-Imâm al-Syâfi‘i adalah sebuah buku kecil yang merangkum syair-syair[1] Imam Syafi‘i—ada sekitar seratus lima puluhan syair—yang  terserak di berbagai karya tersebut. Tertulis di sampul buku itu, perangkumnya bernama Yusuf Syekh Muhammad al-Biqa‘i, seorang profesor bahasa dan sastra Arab. Sebagian besar syair-syair dalam Dîwân memotret soal moral dan nasihat serta refleksi dari keadaan masyarakatnya saat itu, sekaligus mencerminkan gambar diri Sang Imam.

Ada satu syairnya yang jika dibaca, kita akan tahu betapa Imam Syafi‘i begitu menghormati wanita. Ia tidak menempatkan wanita di posisi yang pantas dipojokkan atau menjadi bahan olok-olok. Simaklah …

أَكْثَرَ النَّاسُ فِي النِّسَاءِ وَقَالُوا

إِنَّ حُبَّ النِّسَاءِ جَهْدُ الْبَلَاءِ

لَيْسَ حُبُّ النِّسًّاءِ جَهْدًا وَلَكِنْ

قُرْبُ مَنْ لَا تُحِبُّ جَهْدُ الْبَلَاءِ

Banyak orang memperbincangkan wanita,

dan mereka mengatakan: mencinta wanita itu puncak bencana.

Puncak bencana sesungguhnya bukanlah mencintai wanita,

melainkan berdekatan dengan orang yang tak kaucintai.

Mungkin saja, Imam Syafi‘i hidup dalam masyarakat di mana faktor lelaki begitu dominan, saat para lelaki menganggap kelelakian adalah alasan yang membuat seorang lelaki bisa di atas wanita dalam berbagai hal, sehingga seseorang mudah saja mengolok-olok wanita. Atau, mungkin saja, pada suatu ketika, Imam Syafi‘i pernah melewati sekelompok laki-laki yang sedang nongkrong, dan mendengar mereka membicarakan kesialan mereka sendiri tentang wanita. Namun, kesialan itu mereka nisbatkan kepada wanita.

Yang tak sedikit dibicarakan Imam Syafi‘i dalam Dîwân adalah soal “bicara” dan “diam”. Imam Syafi‘i menasihati kita,

إِذَا نَطَقَ السَّفِيْهُ فَلَا تُجِبْهُ

فَخَيْرٌ مِنْ إِجَابَتِهِ السُّكُوْتُ

Jika ada orang bodoh berbicara, jangan ditanggapi.

Jika harus ditanggapi maka tanggapan terbaik untuknya adalah diam.

Al-Safîh (orang bodoh) bisa kita pahami sebagai “orang bodoh tapi tak mau memikirkan kebodohannya” atau “orang bodoh tapi ngeyel” atau “orang bodoh tapi sok tahu”. Dalam Al-Quran, tepatnya ayat ke-142 dari surah al-Baqarah, al-sufahâ’ (bentuk plural dari al-safîh) dinisbahkan kepada orang-orang Yahudi dan kaum musyrik yang mempertanyakan dengan maksud mengingkari keputusan pengalihan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka‘bah.

“Alasan apa yang membuat orang-orang muslim tidak lagi berkiblat ke Baitul Maqdis?!” kata mereka. Pertanyaan yang bernada sinis. Allah kemudian menyuruh Rasulullah memberi jawaban “sekenanya”: “Timur dan barat itu milik Allah!” Dalam bahasa kita, seperti ini: “Mau menghadap ke mana aja kek, terserah Allah dong!” Jika saja orang-orang Yahudi itu bertanya dengan maksud benar-benar ingin tahu—bukan mengingkari—barangkali Allah akan menyuruh Rasulullah memberi jawaban yang “sebenarnya”.

Mengapa orang-orang seperti itu (al-safîh) tidak perlu didengar dan ditanggapi omongannya? Tentu saja, karena jika al-safîh bertanya, ia tidak bermaksud ingin mendapatkan jawaban, tetapi hanya ingin mengungkapkan ketidaksukaan. Ia bertanya bukan untuk mencari arti, melainkan untuk mengingkari. Menjawab pertanyaan orang seperti itu hanya membuang tenaga secara percuma. Menjawab pertanyaan orang seperti itu hanya memberi kesempatan kepadanya untuk melakukan pengingkaran selanjutnya. Menanggapi orang-orang yang ngeyel, orang-orang yang sok tahu, orang-orang yang berdiskusi tanpa argumentasi, orang-orang yang berbicara hanya ingin didengarkan tapi tak mau mendengarkan, pada akhirnya itu sama saja dengan kita menunjukkan kebodohan diri kita sendiri, membuat kita tampak bodoh di hadapan mereka. Namun, “Jika harus ditanggapi,” kata Imam Syafi‘i, “tanggapan terbaik untuknya adalah diam.”

Itulah diam dalam makna yang disebut peribahasa “diam itu emas”. Diam yang menyimpan hikmah. Membangun harga diri dengan tak banyak bicara tanpa arti. Imam Syafi‘i membuat analogi sangat menarik tentang itu dalam syairnya,

أَمَّا تَرَى الأَسَدَ تُخْشَى وَهْيَ صَامِتَةٌ

وَالْكَلْبُ يُخْسَى لَعَمْرِي وَهْوَ نَبَّاحُ

Kautahu, macan tetap ditakuti meski sedang diam,

namun anjing akan dilempar jika terlalu banyak menggonggong.

Apalagi banyak bicara tanpa arti, bahkan, kata-kata yang pada dirinya benar dan penuh arti pun tak secara otomatis pantas dibicarakan dan disampaikan. Yang benar tak selalu berarti baik. Kebenaran berkaitan dengan “sesuatu yang harus disampaikan”, sementara kebaikan berkaitan dengan “bagaimana cara sesuatu harus disampaikan”. Kebenaran berkaitan dengan logika, kebaikan berkaitan dengan etika. Sesuatu yang logis harus disampaikan secara etis. Barangkali kita memiliki pendapat atau nasihat yang kebenarannya tak terbantahkan. Tapi, kita juga harus berpikir sebelum menyampaikan pendapat atau nasihat itu kepada orang lain: Apakah sesuai betul untuk kondisi orang itu?  Apakah pendapat atau nasihat itu dibutuhkan? Apakah orang itu menghendaki? Jangan-jangan berdasar asumsi kita saja bahwa orang itu membutuhkan pendapat atau nasihat, atau jangan-jangan kita yang terlalu “bersemangat”. Jangan sampai kemudian niat baik kita menjadi buruk gara-gara cara  kita menyampaikannya tidak bijak. Kurang-lebih, seperti itulah yang ingin disampaikan Imam Syafi‘i dalam syairnya ini:

وَلَا تُعْطِيَنَّ الرَّأْيَ مَنْ لَا يُرِيْدُهْ

فَلَا أَنْتَ مَحْمُوْدٌ وَلَا الرَّأْيُ نَافِعُهُ

Jangan kausampaikan pendapat kepada orang yang tak menghendaki;

kau tidak akan mendapat pujian, tidak pula pendapatmu akan berguna.

Sebab itulah tak jarang kita menyaksikan di media-media, satu kelompok bergerak menyerukan kebenaran, tapi yang tebersit dalam sebagian hati kita justru bukan simpati, melainkan caci maki. Dan, tentu saja, bukan caci maki terhadap diri kebenaran, melainkan terhadap ekspresi-kebenaran yang tak benar.

Gambar diri lain dari Imam Syafi‘i yang bisa kita lihat dalam Dîwân­ adalah sikap-rendah-hatinya yang tinggi. Untuk kita ingat … Imam Syafi‘i adalah: seorang bayi yang kelahirannya bertepatan dengan kematian seorang pendiri mazhab-fikih terbesar [yang lain], Mazhab Hanafi, yaitu Imam Abu Hanifah, dan kebesarannya telah diramalkan, sehingga, saat itu, orang-orang berujar, “Mâta imâm wa wulida imâm” (Seorang imam telah berpulang dan [calon] seorang imam telah datang); seorang anak yang telah hafal Al-Quran secara penuh saat berusia tujuh tahun, dan telah hafal seluruh isi al-Muwaththa’—kitab berisi kumpulan hadis—pada usia lima belas tahun, sebelum berguru kepada penulis kitab itu, Imam Malik ibn Anas, yang juga seorang pendiri salah satu mazhab-fikih terbesar, yaitu Mazhab Maliki; seseorang yang kemudian mendirikan salah satu mazhab-fikih terbesar, Mazhab Syafi‘i—mazhab yang dianut oleh sebagian besar umat Islam Indonesia; seorang guru yang muridnya bernama Imam Ahmad ibn Hanbal juga mendirikan salah satu mazhab-fikih terbesar, Mazhab Hanbali; jika Anda pernah menjumpai nama ulama klasik yang dalam rangkaiannya tertulis “al-Syafi‘i”, itu artinya, dalam masalah fikih, ia mengikuti metode fikih yang dibangun Imam Syafi‘i; atau Anda barangkali ingin menambahkan nama besar Imam Syafi‘i dari sudut yang lain …. Namun demikian, coba kita perhatikan apa yang Imam Syafi‘i gambarkan tentang dirinya dalam syair ini,

كُلَّمَا أَدَّبَنِى الدَّهْرُ أَرَانِي نَقْصَ عَقْلِي

وَإِذَا مَا ازْدَدْتُ عِلْمًا زَادَنِي عِلْمًا بِجَهْلِى

Masa mendidikku dan memperlihatkan jika pengetahuanku semakin berkurang.

Pun jika pengetahuanku bertambah maka itu adalah pengetahuan tentang kebodohanku.

Atau yang ini,

أُحِبُّ الصَّالِحِيْنَ وَلَسْتُ مِنْهُمْ

لَعَلِّى أَنْ نَالَ بِهِمْ الشَّفَاعَهْ

وَأَكْرَهُ مَنْ تِجَارَتُهُ الْمَعَاصِى

وَلَوْ كُنَّا سَوَاءً فِيْ الِبِضَاعَهْ

Aku bukan termasuk orang-orang saleh, tapi aku mencintai mereka.

Dengan mencintai mereka aku hanya berharap mendapat syafaat.

Aku membenci orang yang perilakunya adalah maksiat,

meski aku dan mereka sama saja.

Bahkan, menjelang ajal, sambil menangis, Sang Imam sempat berkata kepada orang-orang yang menjenguknya, “Dari dunia ini aku akan pergi, dari handai tolan aku akan berpisah, hanya dengan segelas kematian aku meminum, dan kepada Tuhan aku akan kembali. Tapi, aku tidak tahu ke mana ruh jasad ini akan menuju: mungkin ke surga, mungkin ke neraka.”[]