Slow Motion Kesuksesan Bisnis Abdurrahman bin Auf
August 25, 2012 by Ika Koentjoro 13 Comments
Lagi-lagi investasi bodong. Kenapa masyarakat begitu mudah tergiur dengan investasi yang menawarkan keuntungan tidak wajar? Keuntungan fantastis yang semu. Berfikir dengan menitipkan uang kepada lembaga ataupun perseorangan dan berharap uang akan bertambah dalam waktu singkat.
Kenapa tidak mencoba untuk membuka usaha sendiri? Sulit? Pasti, untuk sukses memang perlu sebuah pengorbanan. Seperti pepatah “no pain no gain”, jika tidak mau bersusah payah jangan mengharap hasil. Sulit tetapi hasilnya fantastis, Insya Allah. Mari kita belajar dari kesuksesan bisnis Abdurrahman bin Auf.
Abdurrahman bin Auf termasuk assabiqunal awaalun, orang-orang yang mula-mula memeluk Islam. Ketika perintah hijrah turun, beliau bersegera untuk berhijrah ke Madinah. Meninggalkan hartanya di Makkah dan datang ke Madinah tanpa harta.
Rasulullah SAW mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan Sa’d bin Rabi’. Berkatalah Sa’d bin Rabi’ kepada Abdurrahman bin Auf,
“Saudaraku yang terkasih dijalan Allah, sesungguhnya aku termasuk orang yang berharta di Madinah ini. Aku memiliki dua kebun yang luas. Diantara keduanya pilihlah yang kau suka, dan ambillah untukmu. Aku juga memilki dua rumah yang nyaman, pilihlah mana yang kau suka, tinggallah disana. Dan aku memilki dua orang istri yang cantik-cantik. Lihatlah dan pilihlah salah satu diantaranya, pasti akan kuceraikan lalu kunikahkan denganmu.”
“Terimaksih atas segala kebaikkanmu, saudaraku. Semoga Allah membalasmu dengan kebaikkan. Sebaiknya, tunjukkan saja padaku jalan ke pasar.”
Dengan sedikit mendesak, kemudian Sa’d berkata.
“Setidaknya menikahlah”.
“Insya Allah, sebulan lagi saya akan menikah”, ujar Abdurrahman bin Auf.
Abdurrahman bin Auf datang ke Madinah dengan modal 0 (nol) dan 32 tahun kemudian ketika beliau wafat, meninggalkan warisan 1.000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3.000 ekor kambing dan setiap istrinya mendapatkan warisan 80.000 dinar.
Berapa kekayaan Abdurrahman bin Auf yang ditinggalkan untuk keluarganya jika di kurskan dengan nilai saat ini?
Abdurrahman bin Auf memilki 4 istri. Menurut hukum Islam, warisan seorang istri 1/8 dari harta yang ditinggalkan suami. Untuk masing-masing istri mendapatkan 1/8 x 1/4 = 1/32 bagian. Jadi kekayaan yang ditinggalkan Abdurrahman bin Auf 80.000 x 32 = 2.560.000 dinar. Jika di kurs dengan nilai Rupiah saat ini, kira-kira seperti ini perhitungannya.
1 dinar setara dengan 4,25 gram emas. Jika harga emas Rp. 365. 722, maka akan ditemukan angka Rp 3.979.055.360.000 atau hampir Rp 4 trilyun. Jika ditambah dengan 1.000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3.000 ekor kambing, maka total keseluruhan lebih dari Rp 4 trilyun.
Bayangkan, itu semua hanya dalam jangka waktu 32 tahun.
Dan beginilah cara Abdurrahman bin Auf mengelola usahanya.
Reinvestasi keuntungan
Perusahaan besar yang go public biasanya tidak membagi semua laba yang dihasilkan dari usahanya (laba ditahan). Biasanya laba yang tidak dibagikan dipergunakan untuk cadangan dana investasi. Entah nantinya akan dipergunakan untuk alih teknologi, memperluas pabrik dll. Ternyata Abdurrahman bin Auf telah menerapkan dalam kegiatan bisnisnya. Ia senantiasa menginvestasikan kembali keuntungan yang didapat. Sebuah contoh kasus mudah-mudahan bisa memberi gambar, jika kita memiliki modal Rp 10.000.000, dari modal tersebut keuntungan bersih yang dapat kita sisihkan Rp100.000/bulan. Pada bulan ke dua modal kita menjadi Rp. 10.200.000 dan jika kita terus reinvestasikan keuntungan kita dengan pola yang sama, maka modal kita pada akhir tahun menjadi Rp.11. 270.000.*
Menginvestasikan modal di sektor riil
Dalam sistim ekonomi Islam, sektor riil lebih diutamakan dibandingkan dengan sektor moneter, dalam sektor riil memungkinkan terjadinya pemerataan dan pengurangan jumlah kemiskinan. Kekayaan tidak akan terkonsentrasi atau dikuasa oleh sekelompok tertentu. Dalam berinvestasipun, sektor riil (berbisnis) sesungguhnya lebih menguntungkan.
Perumpamaan kita memilki uang Rp.150.000.000 dengan dua alternative investasi.
Alternative pertama, uang tersebut dibelikan sebidang tanah dan digunakan untuk usaha pembesaran kambing. Dari 150 juta uang yang kita miliki 100 juta kita alokasikan untuk membeli 1.000m2 tanah dan sisanya dipergunakan untuk membeli 40 ekor kambing, pembuatan kandang dan perawatan. Jika dalam satu tahun keuntungan yang didapat 1.200.000/ekor kambing, maka total keuntungan kotor dalam satu tahun Rp. 48.000.000 Bandingkan jika uang tersebut kita depositokan berjangka 12 bulan di bank, bunga yang dihasilkan sebesar Rp. 6.660.000 **
Jika alternative pertama yang kita pilih, kita harus mengelola secara cermat agar factor resiko yang ditimbulkannya bisa kita tekan. Bila dilihat dari hasilnya, lebih menguntungkan alternative yang pertama tentunya.
Berdagang dengan cara dan modal yang sesuai dengan syariat
Abdurrahman bin Auf berbisnis dengan cara yang disyariatkan, ia tidak pernah mengurangi timbangan, tidak pernah menyembunyikan cacat dagangannya ataupun tidak pernah melebih-lebihkan barang dagangannya, seperti iklan-iklan yang kita saksikan di televisi. Iapun tidak pernah melakukan transaksi najasy. Harta yang dikelola Abdurahman bin Auf adalah harta yang halal, sehingga hartanya mendatangkan keberkahan.
Tak kurang dari 40.000 dinar Abdurrahman bin Auf membagikan hartanya pada penduduk Madinah dalam satu tahun. Jika harga emas Rp 365.772, maka harta yang dibagikannya senilai Rp 62.181.240.000, angka yang fantastis. 62 milyar lebih.
Ada hal yang menarik lagi, setiap Abdurrahman bin Auf membagikan hartanya pada penduduk Madinah, terlihat ‘Utsman ibn ‘Affan, jutawan besar itu ikut mengantri. Ketika orang-orang bertanya, ”Hai ‘Utsman, bukankah engkau orang yang sangat kaya? Mengapa masih saja menggambil bagianmu?”
Utsman bin Affan menjawab sambil tersenyum. “Harta Abdurrahman bin Auf adalah harta yang barakah. Bagaimana mungkin aku melewatkan kesempatan untuk mengisi perut keluargaku dan mengaliri darah kami dengan harta yang diberkahi Allah dan di doakan oleh Rasulullah?”
Subhanallah…harta yang berkah dan memberkahi.
Bersedekah
Dan inilah hal yang kerap dilupakan ketika belajar kesuksesan Abdurrahman bin Auf.
Ada sebuah cerita menarik, suatu ketika datanglah sekitar 700 unta yang dipenuhi barang-barang dagangan memenuhi jalan-jalan kota Madinah. Orang-orangpun ramai menyaksikan. Aisyah yang mendengar suara riuh itupun bertanya, “Apa yang telah terjadi di kota Madinah?” Dan iapun mendapat jawaban bahwasanya kafilah Abdurrahman bin Auf baru datang dari Syam. Kemudian Aisyah berkata,“Nabi SAW bersabda,“Aku melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak (merayap).”
Demi mendengar apa yang dikatakan Aisyah kepadanya, ia langsung mendermakan satu kafilah niaga tersebut seraya berkata, “Kalau aku bisa masuk surga dengan berdiri, niscaya akan kulakukan. Wahai Aisyah, engkau yang akan menjadi saksi kelak diakhirat”.
Sekelumit kisah Abdurrahman bin Auf, mudah-mudahan menginspirasi kita untuk berjuang keluar dari hegemoni ekonomi barat, meninggalkan sistem kapitalis yang begitu kuat mencengkeram kehidupan kita.
Referensi;
Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad SAW, Dr Muhammad Syafi’I Antonio, M.Ec
Ayo Berdagang, Muhaimin Iqbal
Jalan cinta para pejuang, Salim A. fillah
Catatan: * perhitungan menggunakan bunga majemuk